Friday, 18 July 2014

Anak Bali Berbahasa Bali


  Tergerus oleh sang waktu bahasa ibu yang dipergunakan oleh masyarakat bali yang biasa disebut dengan "bahasa bali" ini kian memudar. Masyarakat bali khususnya pemuda dan pemudi bali dewasa ini sudah mulai jarang menggunakan bahasa bali dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hal yang sangat mengurangi kekhasan budaya bali ini tidak boleh dibiarkan dan harus dikembangkan kembali agar kembali bangkit di masyarakat.


Di era globalisasi seperti sekarang ini, generasi muda bali yang sejatinya merupakan penerus dari budaya bali itu sendiri terasa semakin acuh terhadap perkembangan budayanya. Salah satu contoh adalah budaya dalam konteks penggunaan "bahasa" di kehidupan sehari-hari. Bahasa, khususnya bahasa yang digunakan di suatu daerah tertentu biasa kita sebut dengan "bahasa ibu". Bahasa inilah yang memberikan ciri khas suatu daerah dengan daerah lainnya. Khususnya di Bali pemakaian bahasa bali sendiri dinilai semakin tidak eksis lagi di masyarakat. Kaum muda di bali sekarang ini cenderung menggunakan bahasa Indonesia, bahasa asing atau bahkan tidak jarang bahasa campur-campur (Indonesia-Asing). Menurut survei yang dilakukan, 7 dari 10 orang bali yang menetap di bali bahkan ada yang sudah menetap selama belasan tahun pun mengaku bahwa agak susah untuk melafalkan kalimat bahasa bali sehingga cenderung lebih comfort berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia ketimbang bahasa ibunya, walaupun orang tuanya menggunakan bahasa bali. Beberapa diantaranya mengaku ketika berkomunikasi mereka paham akan apa yang dikomunikasikan namun ketika menjawab tetap saja lebih memilih menggunakan bahasa indonesia. Serta beberapa lainnya mengaku karena pengaruh dari lingkungan dan tempat tinggalnya semenjak kecil.
Pendapat tersebut dapat menerangkan secara umum apa sebenarnya yang menyebabkan keengganan anak muda bali berbahasa bali. Dilihat dari sudut pandang kebudayaan, ini akan berdampak mengurangi kekhasan Bali. Bali yang dikenal berbahasa bilingual atau trilingual (Bali-Indonesia-Inggris) bisa saja akan mempergunakan bahasa indonesia dan inggris saja. Menurut pandangan penulis ada beberapa hal yang menunjang permasalahan tersebut diantaranya :

1.      Tidak Membiasakan Berbahasa Bali di Rumah

Kebiasaan merupakan sesuatu hal yang melekat di dalam diri seseorang yang terbentuk karena hal tersebut selalu dilakukannya secara berulang kali. Kebiasaan inilah yang merupakan salah satu akar dari permasalahan mengapa anak muda jaman sekarang lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia. Orang tua selaku orang yang mengikuti perkembangan buah hatinya sedari kecil, hendaknya mampu membiasakan penggunaan bahasa bali dalam berkomunikasi di keluarga. Orang tua hendaknya mampu mengajarkan dan menerapkan bahasa bali kepada anak-anaknya selain bahasa indonesia itu sendiri. Hal ini sangat berguna bagi kelestarian bahasa bali dikemudian hari. Dengan membiasakan hal tersebut maka secara alami bahasa tersebut akan selamanya melekat pada anak tersebut. Jika tidak dimulai dari keluarga, lalu bagaimana di masyarakat?

2.        Lingkungan Tempat Tinggal 

Menurut pandangan penulis, lingkungan juga ternyata cukup mempengaruhi penggunaan bahasa daerah. Dimana anak itu tinggal mempengaruhi penggunaan bahasa yang mereka gunakan. Anak-anak yang sepanjang hari bermain dengan teman-temannya yang kemungkinan berbeda suku dan agama akan lebih mudah berkomunikasi dengan bahasa nasional "Bahasa Indonesia". Bisa juga jika anak tersebut pernah tinggal lama di luar negeri justru memungkinkan si anak akan cenderung menggunakan bahasa asing atau bahasa indonesia. Hal ini akan menjadi suatu kebiasaan pada anak tersebut sehingga walaupun di rumah orang tuanya menggunakan bahasa bali, anak tersebut tetap nyaman menggunakan bahasa indonesia atau asing. Di sisi lain, ada kecenderungan anak tersebut menjadi aneh sendiri jika melafalkan bahasa ibunya. Terkait dengan itu orang tua pun tidak mau ambil pusing dalam hal ini sehingga cenderung membiarkannya selagi anak tersebut tidak berbuat suatu kenakalan atau hal yang tidak patuh.

3.        Niat Untuk Mempelajari

Anak muda pasti tidak terlepas dari yang namanya "mood" atau suasana hati. Terkait dengan hal itu untuk membangkitkan niat anak tersebut tidaklah mudah. Jika tidak ada niat bagaimana hal ini akan terasa mudah dan menyenangkan? Sesuatu yang tidak berlandaskan atas niat tentu penerapannya akan tidak mudah. Hal ini juga patut menjadi perhatian serius yang perlu dipertimbangkan oleh masyarakat bali yang lebih senior. Bagaimana agar anak muda bali berniat dan tertarik untuk mempelajari bahasa daerahnya sendiri budanyanya sendiri.

4.        Tidak Mampu Menyampaikan Kalimat Bahasa Bali

Terkadang permasalahan di masyarakat yang sering ditemui adalah saat adanya suatu proses komunikasi. Saat seseorang yang sama-sama orang bali melakukan percakapan, salah satu dari mereka berbicara dengan bahasa bali namun, terkadang lawan bicara lainnya membalasnya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Permasalahannya disini adalah lawan bicara tersebut paham akan apa yang dibicarakan namun tidak mampu untuk merespon balik percakapan tersebut dengan bahasa bali. Hal seperti inilah yang perlu diperhatikan. Menurut pandangan penulis jika hal seperti ini terjadi maka satu-satunya cara adalah dengan membiasakannya. Tidak ada alasan untuk tidak berbahasa bali walaupun tidak bahasa bali halus yang digunakan.





~ Ngiring Ajegang Budaya Baline, Nggih ! ~






(created by : Ratna Widiari-Penulis)



No comments:

Post a Comment