Tergerus oleh sang waktu bahasa ibu yang dipergunakan oleh masyarakat bali yang
biasa disebut dengan "bahasa bali" ini kian memudar. Masyarakat bali
khususnya pemuda dan pemudi bali dewasa ini sudah mulai jarang menggunakan bahasa
bali dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hal yang sangat mengurangi kekhasan
budaya bali ini tidak boleh dibiarkan dan harus dikembangkan kembali agar
kembali bangkit di masyarakat.
Di era
globalisasi seperti sekarang ini, generasi muda bali yang sejatinya merupakan
penerus dari budaya bali itu sendiri terasa semakin acuh terhadap perkembangan
budayanya. Salah satu contoh adalah budaya dalam konteks penggunaan
"bahasa" di kehidupan sehari-hari. Bahasa, khususnya bahasa yang
digunakan di suatu daerah tertentu biasa kita sebut dengan "bahasa
ibu". Bahasa inilah yang memberikan ciri khas suatu daerah dengan daerah
lainnya. Khususnya di Bali pemakaian bahasa bali sendiri dinilai semakin tidak
eksis lagi di masyarakat. Kaum muda di bali sekarang ini cenderung menggunakan
bahasa Indonesia, bahasa asing atau bahkan tidak jarang bahasa campur-campur
(Indonesia-Asing). Menurut survei yang dilakukan, 7 dari 10 orang bali
yang menetap di bali bahkan ada yang sudah menetap selama belasan tahun pun
mengaku bahwa agak susah untuk melafalkan kalimat bahasa bali sehingga
cenderung lebih comfort berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia
ketimbang bahasa ibunya, walaupun orang tuanya menggunakan bahasa bali. Beberapa
diantaranya mengaku ketika berkomunikasi mereka paham akan apa yang
dikomunikasikan namun ketika menjawab tetap saja lebih memilih menggunakan
bahasa indonesia. Serta beberapa lainnya mengaku karena pengaruh dari
lingkungan dan tempat tinggalnya semenjak kecil.
Pendapat
tersebut dapat menerangkan secara umum apa sebenarnya yang menyebabkan keengganan
anak muda bali berbahasa bali. Dilihat dari sudut pandang kebudayaan, ini akan berdampak
mengurangi kekhasan Bali. Bali yang dikenal berbahasa bilingual atau trilingual
(Bali-Indonesia-Inggris) bisa saja akan mempergunakan bahasa indonesia dan
inggris saja. Menurut pandangan penulis ada beberapa hal yang menunjang permasalahan
tersebut diantaranya :
1. Tidak
Membiasakan Berbahasa Bali di Rumah
Kebiasaan
merupakan sesuatu hal yang melekat di dalam diri seseorang yang terbentuk
karena hal tersebut selalu dilakukannya secara berulang kali. Kebiasaan inilah
yang merupakan salah satu akar dari permasalahan mengapa anak muda jaman
sekarang lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia. Orang tua selaku orang
yang mengikuti perkembangan buah hatinya sedari kecil, hendaknya mampu
membiasakan penggunaan bahasa bali dalam berkomunikasi di keluarga. Orang tua
hendaknya mampu mengajarkan dan menerapkan bahasa bali kepada anak-anaknya
selain bahasa indonesia itu sendiri. Hal ini sangat berguna bagi kelestarian
bahasa bali dikemudian hari. Dengan membiasakan hal tersebut maka secara alami
bahasa tersebut akan selamanya melekat pada anak tersebut. Jika tidak dimulai
dari keluarga, lalu bagaimana di masyarakat?
2.
Lingkungan Tempat Tinggal
Menurut
pandangan penulis, lingkungan juga ternyata cukup mempengaruhi penggunaan
bahasa daerah. Dimana anak itu tinggal mempengaruhi penggunaan bahasa yang
mereka gunakan. Anak-anak yang sepanjang hari bermain dengan teman-temannya
yang kemungkinan berbeda suku dan agama akan lebih mudah berkomunikasi dengan
bahasa nasional "Bahasa Indonesia". Bisa juga jika anak tersebut
pernah tinggal lama di luar negeri justru memungkinkan si anak akan cenderung
menggunakan bahasa asing atau bahasa indonesia. Hal ini akan menjadi suatu
kebiasaan pada anak tersebut sehingga walaupun di rumah orang tuanya
menggunakan bahasa bali, anak tersebut tetap nyaman menggunakan bahasa
indonesia atau asing. Di sisi lain, ada kecenderungan anak tersebut menjadi
aneh sendiri jika melafalkan bahasa ibunya. Terkait dengan itu orang tua pun tidak
mau ambil pusing dalam hal ini sehingga cenderung membiarkannya selagi anak
tersebut tidak berbuat suatu kenakalan atau hal yang tidak patuh.
3.
Niat Untuk Mempelajari
Anak muda
pasti tidak terlepas dari yang namanya "mood" atau suasana hati.
Terkait dengan hal itu untuk membangkitkan niat anak tersebut tidaklah mudah.
Jika tidak ada niat bagaimana hal ini akan terasa mudah dan menyenangkan?
Sesuatu yang tidak berlandaskan atas niat tentu penerapannya akan tidak mudah.
Hal ini juga patut menjadi perhatian serius yang perlu dipertimbangkan oleh
masyarakat bali yang lebih senior. Bagaimana agar anak muda bali berniat dan
tertarik untuk mempelajari bahasa daerahnya sendiri budanyanya sendiri.
4.
Tidak Mampu Menyampaikan Kalimat Bahasa Bali
Terkadang
permasalahan di masyarakat yang sering ditemui adalah saat adanya suatu proses
komunikasi. Saat seseorang yang sama-sama orang bali melakukan percakapan, salah satu dari mereka berbicara dengan bahasa bali namun, terkadang lawan bicara lainnya membalasnya dengan menggunakan
bahasa Indonesia. Permasalahannya disini adalah lawan bicara tersebut paham
akan apa yang dibicarakan namun tidak mampu untuk merespon balik percakapan
tersebut dengan bahasa bali. Hal seperti inilah yang perlu diperhatikan.
Menurut pandangan penulis jika hal seperti ini terjadi maka satu-satunya cara
adalah dengan membiasakannya. Tidak ada alasan untuk tidak berbahasa bali
walaupun tidak bahasa bali halus yang digunakan.
~ Ngiring Ajegang Budaya Baline, Nggih ! ~
(created by : Ratna Widiari-Penulis)
No comments:
Post a Comment