Monday, 21 October 2013

Museum Yadnya


Wisata Budaya 
Museum Yadnya

Jika tertarik mendalami berbagai ritual kehidupan tradisional masyarakat Bali, Museum Yadnya adalah salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi. Museum ini menjadi sumber berwawasan yang tak ternilai mengenai seluk beluk ritual yang dilakukan masyarakat Bali. Museum yang berdiri sejak tahun 1974 ini dahulu bernama Museum Manusa Yadnya. Setelah dilakukan rehab total dan penambahan koleksi, museum ini kemudian dinamakan Museum Yadnya.
Museum Yadnya terletak di Jalan Ayodya No. 7, Desa Mengwi, Kabupaten Badung dan berjarak kurang lebih 18 kilometer dari Denpasar. Posisi museum ini berada di sisi sebelah barat kompleks Pura Taman Ayun. Kompleks museum dipisahkan oleh sebuah parit selebar kurang lebih 50 – 70 meter dengan pura ibu (paibon) dari Kerajaan Mengwi tersebut. Museum ini dibuka untuk umum setiap hari pukul 08.00 – 15.00 Wita, kecuali hari Jumat pukul 08.00 – 12.30 Wita dan tutup jika hari libur resmi. Untuk berkunjung ke museum Manusa Yadnya tidak dikenakan karcis masuk sedangkan jika berkunjung ke Museum Bhuta Yadnya dikenakan karcis masuk sebesar Rp 5.000 – Rp 10.000 untuk wisatawan local dan Rp 25.000 untuk wisatawan asing karena dikelola oleh pribadi.
Wisata budaya Bali ini terdiri dari dua galeri museum yaitu Museum Panca Yadnya yang posisinya di tengah museum dan Museum Bhuta Yadnya yang posisinya berada di sisi depan (selatan). Untuk Museum Panca Yadnya sendiri dikelola oleh Pemerintah sedangkan Museum Bhuta Yadnya dikelola pribadi oleh I Ketut Nuada yang juga seorang pelukis di Taman Ayun.
Galeri di sisi depan baru dibuka pada 2012. Di galeri ini disimpan koleksi ogoh – ogoh berukuran raksasa yang merupakan hasil koleksi dari I Ketut Nuada sendiri. Menurut pemaparan I Ketut Nuada, beliau tertarik mengumpulkan ogoh-ogoh karena merasa kasihan. Ogoh-ogoh yang dibuat mengeluarkan uang yang banyak dan hanya di pertunjukan sehari saja saat perayaan ngerupuk dan malamnya dibakar. Bapak yang berumur kurang lebih 50 tahun ini kemudian membeli ogoh-ogoh yang masih bagus dari banjar-banjar di seluruh bali menggunakan uang sendiri, itu sebabnya Museum Bhuta Yadnya di kenakan tiket masuk sedangkan Museum Manusa Yadnya tidak dikenakan tiket masuk. Di sisi depan galeri utama yang berada di tengah kompleks terdapat juga sebuah panggung amphimeter.
Pada bagian tengah, disimpan aneka perangkat yang digunakan dalam ritual-ritual keagamaan yang disebut panca yadnya. Namun koleksi di galeri Museum Manusa Yadnya ini belum lengkap dikarenakan masih dalam penataan. Manusa yadnya dilakukan untuk menyempurnakan kebajikan dalam diri seseorang manusia. Yang termasuk dalam ritual ini ada rangkaian tahapan yang dilalui manusia sepanjang hidupnya, mulai dari kehamilan, kelahiran, pubertas, menjelang kedewasaan hingga kematian. Salah satu upacara yang diadakan dalam proses kehidupan seseorang dalam masyarakat Bali adalah upacara kelahiran (otonan/pawetonan), memasuki masa pubertas diadakan upacara akil balig (ngerajasewala) serta upacara potong gigi (mepandes) yang memiliki makna pembersihan diri dari hawa nafsu. Memasuki usia dewasa, ritual penting yang harus dilalui adalah upacara pernikahan dan perrjalanan hidup seseorang akan ditutup dengan upacara kematian dapat berupa penguburan atau kremasi (ngaben).
Untuk hari-hari biasa mayoritas pengunjung Museum Yadnya berasal dari wisatawan asing sedangkan masyarakat lokal ramai berkunjung pada hari raya seperti Galungan dan Kuningan serta hari raya lain. Di museum ini, para pengunjung dapat memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan ritual – ritual tersebut beserta maksud yang terkandung di dalamnya. Berbagai peralatan yang berkaitan dengan rangkaian ritual tersebut berurutan sesuai dengan kehidupan manusia. Pada bagian belakang kompleks, sebelah utara terdapat contoh rumah adat Bali. Rumah adat ini dibangun berdasarkan konsep asta kosala kosali. Tentu hal ini juga menjadi salah satu daya tarik pengunjung museum.
Generasi muda saat ini dirasa kurang memperhatikan budaya daerahnya. Mereka cenderung lebih menyukai objek wisata yang sebatas untuk kesenangan dan jarang memperhatikan mengenai budaya daerah sekitar mereka. Kunjungan ke museum bukanlah suatu hal yang membosankan, justru ini merupakan suatu hal yang sangat bermanfaat untuk kita. Dengan berwisata ke museum, selain untuk hiburan kita juga mendapat wawasan lebih luas mengenai sejarah – sejarah di masa lalu yang pastinya wajib untuk kita ketahui sebagai generasi penerus bangsa. 
Jadi, tidak ada salahnya untuk sering berwisata ke museum. Salah satunya Museum Yadnya ini yang memang sangat menarik untuk kalian kunjungi. Museum yang satu – satunya menyimpan sejarah mengenai kehidupan tradisional Bali. 



sekedar info>tulisan ini hasil kolaborasi antara aku n' kka sundari hhee :D



No comments:

Post a Comment